Bayang-bayang Patah

 


Di balik redupnya senja, melekatlah kisah cinta yang tak berdaya, seakan-akan terkurung dalam kelamnya malam yang tak kunjung berakhir. Dua jiwa yang terikat dalam kebisuan, dihantui oleh rasa takut untuk menyuarakan kehadiran cinta yang terpendam begitu dalam. Tatap mata yang seolah mencari jawaban, namun bibir yang terkunci erat. Hati-hati yang saling berdebar tak pernah berani mengekspresikan kerinduan yang menggunung. Seperti bunga yang layu tak bersentuhan oleh embun pagi, cinta ini layu dalam keheningan yang mengejek.


Pada setiap senyuman yang terlukis di wajah, ada kepedihan yang tersembunyi dalam rerangkaian kata-kata yang tak terucap. Suara hujan yang gemuruh di luar jendela seakan membingkai kesedihan, menciptakan simfoni pilu yang mengiringi tiap getar perasaan yang tak tersuarakan.

Cerita cinta ini adalah tentang kehilangan yang terasa begitu dalam, seolah-olah hati mereka telah menjadi saksi bisu dari pertemuan yang tak kunjung terwujud. Percikan-percikan rindu yang terjatuh ke lantai, seolah-olah menandai setiap detik penantian yang sia-sia. Bahkan dalam setiap rintik hujan yang turun, sepertinya ada luka hati yang terus bertambah dalam keheningan malam.

Mereka merasakan getaran cinta tanpa pernah menyentuhnya, seperti memandang pelangi yang tak pernah bisa dicapai. Meski jarak di antara mereka hanya sebatas meja kayu di kedai kopi yang remang-remang, namun rasa sendu itu hadir di setiap sela-sela jeda percakapan yang putus.

Dalam malam yang kelam, cinta ini terengah-engah, mencoba membebaskan diri dari belenggu keheningan. Namun, ketika akhirnya keberanian muncul, langkah kaki mereka telah melangkah menjauh. Di tengah sepi dan rintik hujan yang semakin deras, mereka merindukan cinta yang berakhir tanpa pernah dimulai, dan hati-hati yang hancur di dalam kesedihan yang tak terungkap.




ADH
04/01/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sântwana Sukaṃsa di Tengah Duḥkha Atiprāya

Diksimu memeluk kebekuan