topik nya agak berat (NIKAH)

Ok kali ini mari bercerita tentang topik yang belakangan ini mulai sering di pertanyaan sama ibu dan orang orang yang ada di sekitar gw, yeeep soal "nikah".

Kenyataannya lahir dari seorang ibu yang luar biasa hebat yang memutuskan untuk menikah  (muda)  saat usianya baru 18 tahun, dan juga adik kandung dari seorang perempuan  yang memutuskan untuk menikah (muda)  begitu D3 nya selesai di usianya yang ke 22, Membuat usia 24 gue tahun ini menjadi sasaran bidik dari pertanyaan "kapan nikah" . 

Ini lucu si sebetulnya, di tambah gue nggak bener bener punya seseorang yang bisa ngerti kalo nikah itu bukan perihal menerima atau meng-iyakan kan dengan mudah ajakan seseorang tanpa mengetahui dengan sangat baik sosok dirinya, terutama cara  bagaimana dia memberi makan amarahnya, buat gue itu penting banget karena nikah itu menggenapkan sebagian dari iman yang di lakukan seumur hidup tentu pilih partnernya nggak bisa cap cip cup.

Nggak bisa  cuma karena si A yang naik mobil jenis tertentu , atau si B yang udah punya pasif income  sendiri, yang orang pikir bisa bikin gue nggak  usah capek capek kerja lagi kaya sekarang, hmmm,,,, 

Sepertinya harus di luruskan dulu nih perihal keriteria suami versi gue nya hahaha.  Yang kenyataannya nggak gituu.  masa si gue terima lamaran laki laki cuma karena mobil nya. dan gue juga akan tetep bekerja sekeras sekarang even nanti gue nika, di sini yang gw cari adalah partner bukan investor.

Kalau ditanya dalam perihal "keriteria" ini agak sedikit membingungkan.

 " yuuu sebener nya mau laki laki yang kaya apa "

 Sering dapet pertanyaan gitu bahkan diri gue sendiri pun nanya gitu, walaupun belum spesifik yang jelas gue akan memilih dengan bangga dia yang bisa mengontrol amarah nya,  bisa tegas dalam mengambil keputusan dan siap akan semua konsekuensi dari keputusan yang dia ambil, terutama keputusan besar untuk nikah sama gue, singkatnya yang "bertanggung jawab"

Selain bertanggung jawab, pintar dan berwawasan luas juga masuk keriteria gue.

Dan sebagai manusia yang menganut sekte "dari mata turun ke hati" tentu cover atau tampang itu cukup penting, tapi itu hanya berlaku di awal sebagai proses  screening, setelah lulus babak screening tetep kepribadian dan knowledge yang mengambil peran berikutnya dan seterusnya .

Nggak mau seolah olah di kejar waktu yang malah membuat gue nggak memperhatikan pijakan gue dengan benar, karena pengalaman sebelumnya cukup membuat gue lebih super hati hati lagi dalam milih langkah berikutnya, bukannya yang terbaik adalah dia yang belajar dari pengalaman ?.

 Kalau di tanya "emang nggak pengen nikah cepet" jawabannya bukan lagi perihal "mau" atau "nggak mau", tapi gue rasa akan lebih baik kalau menunda menikah cepet cepet dari pada harus memaksakan menikah cepat tapi dengan orang yang tidak tepat.

Dan gue adalah satu satu nya yang bertanggung jawab dengan segala keputusan yang gue ambil hari ini,  walau mungkin cukup jadi ke khawatiran buat ibu, kaka dan mungkin orang orang terdekat gue, tapi buat gue sekarang hidup nggak melulu soal lahir, menikah, terus meninggal. 

Bukan berniat untuk betul betul  menunda dengan menolak niatan baik  laki laki yang datang, yang katanya orang jaman dulu justru itu yang bisa bikin gue sulit dapet jodoh yang tepat.  

Selalu gw bilang "gapapa bu", kadang mitos di masa lalu hanya untuk di dengar aja bukan untuk di percaya di masa sekarang, selama perkataan dan alasannya jelas, sebuah penolakan justru akan menjadi sebuah pembelajaran. 

semogaa:)





20/01/22

ADH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bayang-bayang Patah

Sântwana Sukaṃsa di Tengah Duḥkha Atiprāya

Diksimu memeluk kebekuan